Antropologi Psikologi
Bab I
PENDAHULUAN
A. Hakikat Ilmu Antropologi Psikologi
Antropologi Psikologi (Psycological Anthropology) adalah subdisiplin ilmu antropologi. Ilmu
antropologi psikologi adalah ilmu yang menjembatani kebudayaan dan
kepribadian, yang menjadi fokus dari dua ilmu yang berbeda (antropologi
dan psikologi), yang sebenarnya sangat erat hubungannya.
Antropologi dan psikologi adalah subdisiplin ilmu antropologi. Nama subdisiplin ilmu antropologi ini, sebenarnya nama baru dari ilmu yang dahulu dikenal dengan dengan nama Culture dan Personality (kebudayaan dan kepribadian), atau kadang juga disebut Ethno-psychology (psikologi suku bangsa). Subdisiplin ini sejak lahirnya sudah bersifat antardisiplin. Hal ini disebabkan karena bukan saja teori, konsep, serta metode penelitiannya dipinjam dai berbagai disiplin seperti antropologi, psikologi, psikiatri, dan psikoanalisa; melainkan juga para pendirinya berasal dari disiplin yang bermacam-macam, sebelum mereka menjadi ahli antropologi. Mereka itu antara lain adalah Margaret Mead (ahli antropologi), Abram Kardiner (ahli psikiatri), W.H.R. River (ahli psikologi), Erik H. Erikson (ahli psikoanalisa neo freudian), dan lain lain. Berdasarkan tokoh-tokoh yang berasal dari berbagai disiplin ilmu menunjukan bahwa di sanalah ilmu antropologi budaya dan sosial dapat berhubungan dengan ilmu psikologi kepribadian, psikologi perkembangan, ilmu psikiatri, dan psikoanalisa secara sangat akrab dan produktif.
Beberapa peneliti berusaha melakukan penelitian yang berkenaan dengan antropologi psikologi. Menurut Singer penelitian antropologi psikologi dapat dikategorikan ke dalam tiga kelompok permasalahan besar,yaitu:
1. Kelompok hubungan kebudayaan dengan sifat pembawaan manusia (human nature).
Antropologi dan psikologi adalah subdisiplin ilmu antropologi. Nama subdisiplin ilmu antropologi ini, sebenarnya nama baru dari ilmu yang dahulu dikenal dengan dengan nama Culture dan Personality (kebudayaan dan kepribadian), atau kadang juga disebut Ethno-psychology (psikologi suku bangsa). Subdisiplin ini sejak lahirnya sudah bersifat antardisiplin. Hal ini disebabkan karena bukan saja teori, konsep, serta metode penelitiannya dipinjam dai berbagai disiplin seperti antropologi, psikologi, psikiatri, dan psikoanalisa; melainkan juga para pendirinya berasal dari disiplin yang bermacam-macam, sebelum mereka menjadi ahli antropologi. Mereka itu antara lain adalah Margaret Mead (ahli antropologi), Abram Kardiner (ahli psikiatri), W.H.R. River (ahli psikologi), Erik H. Erikson (ahli psikoanalisa neo freudian), dan lain lain. Berdasarkan tokoh-tokoh yang berasal dari berbagai disiplin ilmu menunjukan bahwa di sanalah ilmu antropologi budaya dan sosial dapat berhubungan dengan ilmu psikologi kepribadian, psikologi perkembangan, ilmu psikiatri, dan psikoanalisa secara sangat akrab dan produktif.
Beberapa peneliti berusaha melakukan penelitian yang berkenaan dengan antropologi psikologi. Menurut Singer penelitian antropologi psikologi dapat dikategorikan ke dalam tiga kelompok permasalahan besar,yaitu:
1. Kelompok hubungan kebudayaan dengan sifat pembawaan manusia (human nature).
2. Kelompok hubungan kebudayaan dengan kepribadian khas kolektif tertentu (typical personality), dan
3. Kelompok hubungan kebudayaan dengan kepribadian individual (individual personality).
Dari ketiga kelompok permasalahan besar itu timbul beberapa pokok permasalahan penelitian lainnya, yaitu:
a. Hubungan antara perubahan kebudayaan dengan perubahan kepribadian, dan
b. Hubungan kebudayaan dengan kepribadian abnormal.
b. Hubungan kebudayaan dengan kepribadian abnormal.
B. Sejarah Perkembangan Ilmu Antropologi Psikologi
Ada
dua salah anggapan yang harus dikoreksi sehubungan dengan sejarah
perkembangan ilmu antropologi psikologi: a) menganggap ilmu Antropologi
Psikologi adalah subdisiplin baru dari ilmu Antropologi Umum; b)
menganggap ilmu Antropologi Psikologi adalah suatu ilmu yang diciptakan
oleh sarjana Amerika Serikat saja.
Jika lebih tepat lagi, lahir ilmu ini sudah sejak diadakan ekspedisi Cambridge ke selat Torres pada 1898 (Hunt, 1967: ix).
Yang
paling penting bagi perkembangan ilmu Antropologi psikologi adalah
Spengler, karena ia adalah teoritikus pertama yang telah mengajukan
untuk pertama kali berpendapat tentang peminjaman unsur-unsur kebudayaan
secara selektif, yakni suatu bangsa jika meminjam unsur kebudayaan lain
akan memilih yang sesuai dengan kebudayaannya sendiri. Jika kurang
sesuai, unsur kebudayaan asing tersebut akan dirombak sesuai dengan
kebudayaan pribuminya.
C. Penelitian Antropologi Psikologi di Indonesia
Penelitian
antropologi psikologi di Indonesia sedikitnya dibagi menjadi dua masa,
yaitu: 1) sebelum perang dunia kedua, dan 2) setelah perang dunia kedua.
1. Masa Sebelum Perang Dunia Kedua
1. Masa Sebelum Perang Dunia Kedua
Penelitian
antropologi psikologi di Indonesia, telah dimulai jauh sebelum orang di
AS dan Inggris (antara 1920-1935) memulainya. Hal ini terbukti dari
penelitian yang dilakukan seorang ahli antropologi Belanda bernama A.W.
Niewenhuis terhadap sifat pembawaan manusia daro beberapa suku bangsa di
Indonesia. Akan tetapi penelitian antropologi psikologi di Indonesia
secara intensif bukanlah dilakukan oleh orang Belanda tersebut,
melainkan oleh orang Amerika yang sekaligus merintis antropologi
psikologi di negara mereka bahkan juga di dunia. Mereka itu adalah Cora
Dubois dan Margaret Mead yang dibantu dengan Gregory Bateson. Tujuan
penelitian Margaret Mead dan Gregory Bateson adalah untuk mengetahui
kepribadian khas orang Bali, dengan jalan mempelajari cara pengasuhan
anak di desa Bayung Gede.
2. Masa Setelah Perang Dunia Kedua
Setelah
usai perang dunia kedua, topik akulturasi dan kontak sosial telah
mendapat perhatian besar dari para ahli antropologi, terutama agi mereka
yang mengadakan penelitian di daerah Pasifik dan Indonesia. Hampir
semua kepustakaan di mengenai akulturasi di Indonesia berkesimpulan,
fenomena akulturasi di Indonesia adalah juga krisis sosial. Ahli
antripologi Belanda, J. Van Baal, misalnya menganggap krisis sosial
karena usaha pihak Indonesia untuk menyesuaikan diri mereka dengan zaman
baru. Utnuk mencapai itu orang-orang Indonesia harus mengubah dasar
pandangan hidup serta dasar cara berfikir kunonya ke yang bersifat
modern. Bagi J. Van Baal, proses akulturasi bukan hanya merupakan suatu
proses masuknya unsur kebudayaan asing ke dalam kebudayaan pribumi
semata-mata, melainkan juga merupakan suatu proses tambahan dan
penyesuaian diri kembali dari cara hidup pribumi ke cara hidup modern.
Penelitian
antropologi psikologi uang dilakukan ahli antropologi berkebangsaan
Indonesia sendiri masih sedikit sekali, namun hasilnya cukup menarik.
Dua orang ahli antropologi lulusan Universitas Indonesia misalnya, dalam
rangka penulisan skripsi mereka telah mengadakan penelitian di bidang
antropologi psikologi.
D. Peranan Penelitian Antropologi Dalam Pembangunan Indonesia
Penelitian
Antropologi Psikologi di Indonesia ,empinyai peranan penting dalam
pembangunan bangsa, karenadapat memberi bahan keterangan untuk
kepentingan juga sebagai bahan untuk membangun manusia Indonesia
seutuhnya, dalam arti sebagai individu sekaligus makhluk sosial yang
merupakan kesatuan bulat, yang harus dikembangkan secara imbang,
selaras, dan serasi (lihat Buku I: Pedoman Penghayatan dan Pengamalan
Pancasila, 1978: 41).
Metode
penelitian yang dipergunakan untuk penelitian terdebut, adalah seperti
apa yang telah dikembangkan ahli-ahli Antropologi Psikologi AS Florence
R. Kluckkhohn dan Clyde Kluckkhohn, yang dapat dibaca dalam buku Variations in Value Orientations
(Kluckkhohn & Strodbeck, 1961). Penelitian Koentjaraningrat itu
sampai saat 1986 masih terus dilanjutkan dan belum diterbitkan. Koentjaraningrat telah pula mencoba untuk meneliti nilai-nilai budaya yang terkandung dalam folklor suku bangsa masing-masing.
Bab II
BEBERAPA TEORI DAN KONSEP ANTROPOLOGI PSIKOLOGI
A. Beberapa Teori Pembawaan Manusia
1) Teori Seksualitas Kanak-kanak Sigmund Freud
Tahap Oral
Perasaan
seksual anak yang pertama kali muncul adalah ketika sang anak mengemut
puting payudara ibunya. Pada tahap yang sangat dini dan dimulai sejak
anak dilahirkan hingga sekitar usia satu tahun ini , ibu merupakan objek
seksual sang anak. Periode ini pun kemudian berlanjut pada tahap
seksualitas masa kecil dimana sang anak akan terkesan akan penginderaan
tubuhnya sendiri yang ditandai dengan kebiasaan bayi mengemut banyak
bagian tubuhnya terutama jempolnya sendiri. Kebiasaan mengemut jempol
dan benda-benda lain yang menempel di bagian tubuhnya seperti baju yang
ia pakai dan sebagainya ini adalah merupakan kelanjutan dari mengemut
puting susu ibunya. Emutan ini bersifat ritmis dan seringkali juga
disertai dengan gesekan. Freud mengatakan bahwa hal ini akan mengarah
pada masturbasi. Kegiatan ini sangat mengasyikan dan nyaman serta sering
kali mengantar sang bayi pada tidur nyenyaknya.
Tahap Anal
Tahap
ini berlangsung antara umur 1 hingga 3 tahun yang oleh Freud disebut
sebagai fase latihan kamar kecil yakni fase ketika sang anak belajar
untuk mengendalikan kandung kemih dan isi perutnya. Menurut Freud pada
tahap ini anak-anak akan merasa sangat bangga karena bisa menghasilkan
kotorannya sendiri. Ketika menjalani latihan kamar kecil ini, anak-anak
seringkali memegang-megang kotorannya sendiri, karena ia ingin menikmati
kesenangan erotis ketika mampu menghasilkan kotoran secara pribadi.
Tahap Phallic
Tahap
ini berlangsung antara umur 3 hingga 5 tahun. Sekarang genital menjadi
zona erogen dan anak mulai melakukan masturbasi. Zona genital anak kecil
oleh ibunya sering dicuci, digesek dan sebagainya ketika sehabis buang
kotoran atau pun mandi yang tanpa disadari oleh ibunya bahwa ketika
terjadi gesekan, bilasan dan sebagainya ini membuat sang anak merasa
nyaman dan terangsang. Dan dengan segera sang anak pun kemudian mencoba
untuk melakukannya sendiri dengan gesekan tangan atau dengan merapatkan
paha. Disamping perpindahan zina rangsangan yang mengarah ke zona
genital, pada masa ini pun menurut Freud semua anak pada tahap ini
khusus untuk anak perempuan merasakan ‘penis envy’ yaitu sebuah
kecemburuan kepada anak laki-laki yang memiliki penis. Para anak
perempuan melihat diri mereka sendiri telah dikebiri oleh orang tuanya.
Dalam tahap ini juga berkembang kompleks Oedipus yakni sang anak akan
jatuh cinta pada ibunya sendiri dan menjadi cemburu terhadap ayahnya
serta ingin membunuh serta menyingkirkan ayahnya agar tak
menghalanginya.
Tahap Latensi
Menurut Freud, perasaan dari tahap Oedipal akhirnya ditekan dan dorongan dorongan seksual mereda hingga tibanya masa pubertas.
Tahap Genital
Tahap
terakhir pada perkembangan seksual pun adalah tahap genital ini yang
berlangsung sejak pubertas dan seterusnya. Pada tahap ini terjadi
pembaharuan terhadap minat seksual dan objek yang baru pun ditemukan
untuk pelampiasan dorongan seksnya.
2) Teori Gejala Akil Balig Margaret Mead
Menurut
hasil penelitian, Mead berkesimpulan bahwa para gadis di Samoa tidak
mengalami gejala akil baligh, karena keluarga orang samoa buka termasuk
keluarga inti, sehingga seorang anak tidak selalu harus berhubungan
terus-menerus dengankedua orangtuanya, tetapi juga mendapat kesempatan
untuk berhubungan secara bebas dengan anggota kerabatnya yang lain.
Penelitiannya di Papua, Mead berkesimpulan bahwa perbedaan sifat-sifat
kepribadian atau temperamen antar laki-laki dan wanita tidak bersifat
universal, karena dalam kebudayaan Arapesh tidak ada perbedaan
temperamen antar laki-laki dan perempuan, keduanya mempunyai kepribadian
yang halus, lembut, dan pasif. Sebaliknya pada masyarakat Mundugumor,
kedua jenis kelamin mempunyai kepribadian yang kasar, keras, dan agresif
seperti yang dimiliki laki-laki pada umumnya masyarakat Eropa-Amerika.
Pada masyarakat Tchambuli, kaum wanita pada umumnya berkepribadian
kasar, keras, dan aktif, dan melaksanakan tugas berat, sedangkan
laki-laki sebaliknya.
B. Benerapa Teori Kepribadian Khas Kolektif Tertentu
1) Teori Pola Kebudayaan Ruth Benedict
Teori
Pola Kebudayaan (Pattern of Culture) dapat juga disebut sebagai teori
konfigurasi kebudayaan, teori mozaik kebudayaan, teori representation
colletive, atau teori etos kebudayaan. Teori benedict dapat diringkas
sebagai berikut: “Di dalam setiap kebudayaan ada aneka ragam tipe
temperamen, yang telah ditentukan oleh faktor keturunan (genetic) dan
kebutuhan (konstitusi), yang timbul berulang-ulang secara universal.
Namun setiap kebudayaan hanya memperbolehkan jumlah terbatas dari tipe
temperamen tersebut berkembang. Dantipe-tipe temperamen tersebut hanya
yang cocok dengan konfigurasi dominan. Mayoritas dari orang-orang dalam
segala masyarakat akan berbuat sesuai terhadap tipe dominan dari
masyarakatnya. Hal ini disebabkan karena temperamen mereka cukup plastis
untuk dibentuk tenaga pencetak dari masyarakat. Ini adalah apa yang
disebut tipe kepribadian normal. Benedict berpendapat bahwa tidak ada
kriteria yang shahih(valid) mengenai tipe kepribadian “normal” dan
“abnormal”. Suatu kepribadian dianggap normal apabila sesuai dengan tipe
kepribadian yang dominan, sedangka tipe kepribadian yang sama jika
tidak sesuai dengan kepribadian yang dominan akan dianggap abnormal
alias tidak normal atau penyimpangan (derivant).
2) Teori Gaya Hidup Petani Desa Robert Redfield
Menurutnya masyarakat di kelompokkan menjadi 3 bagian:
a. Folk, masyarakat primitif yang belum memiliki kebudayaan;
b. Person society, masyarakat petani desa yang memiliki ketergantungan dengan masyarakat kota;
c. Urban society: ketergantungan pada masyarakat desa, kebudayaan kompleks, mengenal peradanab.
3) Teori Kepribadian Status Ralph Linton
Kepribadian
status adalah seperangkat kepribadian tipikal yang sesuai dengan status
seseorang di dalam masyarakatnya. Status tersebut berkaitan dengan
pekerjaannya. Seorang pribadi yang menduduki status sosial harus
mengembangkan sikap dan emosi yang sesuai dan berguna bagi status
tersebut.
Pribadi-pribadi yang dapat membawakan kepribadian statusnya dengan baik dan tepat, adalah orang yang penyesuaian dirinya baik.
4) Teori Struktur Kepribadian Dasar Kardiner Linton dan DuBois
Struktur
Kepribaduian Dasar ini sebenarnya adalah alat penyesuaian diri
individu, yang umum bagi semua individu di dalam suatu masyarakat.
Yang termasuk dalam struktur kepribadian dasar adalah: (1) teknik berfikir (technique of thinkings), misalnya apakah ilmiah atau animistis; (2) sikap terhadap benda hidup atau mati (attitude toward objects), misalnya menerima
atau menolak, tergantung dari pengalaman sewaktu masih kanak-kanak
(anak yang semasa kecilnya dikejami ibunya, setelah dewasa akan menolak
wanita misalnya); (3) sistem keamanan dan kesejahteraan (security system), yang dapat dinilai dari kecemasan (axciety) dan kekecewaan karena ketidak berdayaan (frustration)
sewaktu masih kanak-kanak (seorang anak yang semasa kanak-kanaknya
selalu dalam keadaan kelaparan, akan menjadi orang yang bersifat hemat
setelah dewasa misalnya); dan pembentukan super ego, atau bagian
dari kepribadian dari individu yang terbentuk dengan jalan
mengambil-alih pandangan hidup dari orang tuanya (Kardiner, 1961: 230).
5) Teori Kepribadian Rata-rata DuBois
Teori Kepribadian Rata-rata timbul sebagai akibat penelitian ai pulau Alor yang dilakukan Cora DuBois.
Terjadinya
tipe kepribadian rata-rata, menurut Cora DuBois, adalah sebagai hasil
saling pengaruh-mempengaruhi antara kecenderungan dan pengalaman dasar,
yang ditentukan oleh proses fisiologis neurologis. Tipe kepribadian
rata-rata pada umumnya ada pada kolektif manusia dalam usaha menghadapi
lingkungan kebudayaan, yang menolaknya, mengarahnya, dan memuaskan
segala kebutuhan.
6) Teori Kepribadian Orang Modern Alex Inkeles
Menurut
ia tujuan utama pembangunan ekonomi adalah memungkinkan setiap orang
untuk mencapai suatu taraf hidup yang layak. Namun pada akhirnya ide
pembangunan mengharuskan adanya perubahan watak manusia—suatu perubahan
yang merupakan alat untuk mencapai tujuan yang berupa pertumbuhan yang
lebih lnjut lagi, dan bersamaan itu juga merupakan tujuan besar proses
pembangunan itu sendiri. Perubahan watak tersebut adalah perubahan dari
yang tradisional menjadi yang modern. Apa yang dimaksud dengan manusia
modern itu? Dan apa yang membuatnya modern?
o Pertama,
peerubahan dari manusia yang leih tradisional menjadi manusia yang
modern, seiring berarti melepaskan cara berfikir dan berperasaan.
o Kedua, sifat yang membuat seorang menjadi modern itu tidak sering tampak sebagai suatu ciri yang netral, tetapi merupakan ciri dari orang barat pada umumnya yang hendak dipaksakan pada orang lain, untuk menjadikan mereka sama seperti orang barat tersebut.
o Ketiga, tidak berguna atau cocok bagi kehidupan dan keadaan dari mereka.
Ciri khas orang modern ada dua, yaitu:
o Kedua, sifat yang membuat seorang menjadi modern itu tidak sering tampak sebagai suatu ciri yang netral, tetapi merupakan ciri dari orang barat pada umumnya yang hendak dipaksakan pada orang lain, untuk menjadikan mereka sama seperti orang barat tersebut.
o Ketiga, tidak berguna atau cocok bagi kehidupan dan keadaan dari mereka.
Ciri khas orang modern ada dua, yaitu:
Pertama ciri luar, mengenai lingkungan alam. Seperti;URBANISASI, PENDIDIKAN, politikasi, komunikasi massa dan industrialisasi.
Kedua
ciri dalam, yaitu mengenai sikap, nilai dan perasaan. Seorang baru
dapat menjadi modern apabila telah mengalami perubahan ciri dalam, dari
yang tradisional menjadi modern.
7) Teori Determinisme Masa Kanak-kanak Dalam Hubungan Kajian Watak Bangsa
Selama
Perang Dunia ke II banyak antropolog Amerika dan Inggris, di antaranya
Margaret Mead, Geofrey Gorer, Gregory Bateson dan Ruth Benedict
diperbantukan pada pemerintah. Mereka mencoba untuk merumuskan konsep
watak bangsa (national character) dari beberapa negara, seperti Uni Soviet, Rumania, Thailand dan Jepang.
Kesukaran
yang dihadapi ialah sulit mengadakan perjalanan ke negara-negara yang
akan diteliti karena situasi perang. Karenanya, cara yang dilakukan
adalah mewawancarai orang-orang yang tinggal di AS, dan mengadakan studi
literatur. Selain itu mempelajari sejarah Jepang, dan mencoba melihat
dunia seperti yang diamati orang Jepang. Metode semacam itu dapat
disebut meneliti suatu kebudayaan dari kejauhan. Dari penelitian
tersebut dihasilkan beberapa teori, antara lain :
a. Hipotesa Latihan Buang Air Besar Geofrey Gorer
Tahun 1943 Gorer menerbitkan artikel berjudul “Themesin Japanese Culture”
yang mengungkapkan keterpukauan perhatian berlebihan dari orang Jepang
terhadap upacara kerapihan dan ketertiban, sehingga dapat dibandingkan
dengan sifat gangguan jiwa compulsive neurotic (gangguan jiwa yang berbuat sesuatu di luar keinginannya) yang menghinggapi beberapa penduduk di Eropa.
Hipotesa : Penyebab utama gangguan jiwa tersebut adalah latihan buang air besar (toilet training) yang diperoleh semasa kanak-kanak.
Menurut Gorer, dibalik sifat orang Jepang yang rapih dan tertib itu ada keinginan tersembunyi untuk berbuat agresif. Upacara yang bersifat teliti merupakan penyaluran dari dorongan hati yang berbahaya (dangerous urge) itu.
Menurut Gorer, dibalik sifat orang Jepang yang rapih dan tertib itu ada keinginan tersembunyi untuk berbuat agresif. Upacara yang bersifat teliti merupakan penyaluran dari dorongan hati yang berbahaya (dangerous urge) itu.
Sifat
agresif yang terpendam itu akibat kebencian sewaktu bayi yang dipaksa
melakukan sesuatu yang tidak dimengertinya, karena harus mengendalikan
otot lubang dubur. Kebencian itu akan tetap merupakan sebagian dari
kepribadiannya setelah dewasa nanti. Dalam keadaan normal, rasa
kebencian tersebut tak tersalurkan dan ditekan. Akibatnya, jika ada
peluang sifat agresif itu akan meletup kuat sehingga dapat bertindak
kejam dan sadistis.
Kritik : Menurut Robert N.Bellah, penyebab terbentuknya sifat tertib dan rapih orang Jepang ialah kode Samurai (samurai code)
yang berkembang sejak zaman Tokugawa, dan mempengaruhi masyarakat
melalui gerakan keagamaan. Kode Samurai ini dapat dibandingkan dengan
Etika Protestan yang mempunyai ciri sifat suka bekerja keras dan
pengingkaran pada kenikmatan diri (self denial).
b. Hipotesa Pembedungan Anak Geogrey Gorer
Penelitian ditekankan pada praktek pengasuhan anak orang Rusia. Hasilnya memperoleh “kunci” dari watak mayoritas orang Rusia (The Great Russian Character) yang berupa pembedungan (swaddling), sehingga timbul sifat manic depressive masal pada orang Rusia dewasa pada umumnya.
Hipotesa : Penyebab utama gangguan jiwa tersebut adanya kekangan fisik semasa kanak-kanak melalui praktek pembedungan.
Menurut
Gorer, pembedungan ini sangat menghambat gerak-gerik si anak dan juga
ekspresi emosionalnya melalui seluruh tubuhnya. Sifat depressive
timbul sebagai akibat terkekang perasaan selama dibedung sehingga
frustasi dan putus asa. Sifat manic timbul waktu anak dilepas bedungnya,
sewaktu disusui dan memperoleh kasih ibunya. Itulah sebabnya di satu
sisi orang Rusia senang pesta bermabuk-mabukan (orgiastic feast), tapi di sisi lain merasa sedih dan berdosa sehingga sering mengadakan pengakuan dosa atas dosa yang tidak mereka lakukan.
Generalisasi
kepribadian tipikal orang Rusia ini hanya berlaku pada orang Rusia dari
golongan petani dan kaum buruh saja. Pada bangsa lain yang juga
mempraktekan pembedungan tidak sampai mengakibatkan manic depressive, karena (1) cara pembedungan beraneka ragam, (2) lama pembedungan tidak sama.
Kritik
: Menurut Bertram D.Wolfe, pengakuan dosa dilakukan pula oleh para
pendeta Katolik Roma di Cekoslovakia kepada penguasa komunis. Jadi bukan
dibedung, tapi mungkin dari tekanan dan siksaan kejam dari pihak
penguasa totalitarian. Di Rusia banyak kaum intelek tidak pernah
dibedung, tapi mengakui kesalahan yang tidak mereka lakukan dengan
harapan agar diperingan hukuman.
Hikmah
: (1) hipotesa Gorer yang menganggap bahwa 5 sampai 6 tahun pertama
dari kehidupan seorang anak penting bagi pembentukan kepribadian
dewasanya kelak, kini banyak dianut para ahli yang mempelajari
perkembangan anak, (2) walau banyak kelemahan, hipotesa ini penting
karena dapat dijadikan permasalahan untuk diuji di lapangan.
c. Konsep Schismogenesis Gregory Bateson
Setelah
PD II berakhir, para antropolog yang telah bekerja bagi pemerintah AS
tetap meneruskan penelitiannya mengenai watak bangsa (national character) dengan suatu proyek penelitian yang disebut Contemporary Culture.
Metode penelitian yang digunakan tetap sama, yaitu Study Culture from
Distance. Adapun pendekatan teoritisnya adalah gabungan dari teori Freud
tentang pentingnya pengasuhan anak, dan metode penganalisaan yang
dikembangkan Gregory Bateson yang disebut konsep Schismogenesis (concept of schismogenesis), yaitu penelitian mengenai dua kutub yang kontras (bipolar interaction).
Konsep Schismogenesis
Schismogenesis
adalah suatu proses pembedaan dalam norma-norma kekhasan pribadi
sebagai akibat interaksi antara individu-individu yang terus menerus
secara bertimbun banyak. Menurut Bateson, masyarakat di dunia berbeda
dalam sifat pola interaksi bipolar tersebut. Dengan meneliti cara khas
hubungan antar pribadi (interpersonal) dan antar kelompok (intergroup relationship) dapat menyimpulkan watak tipikal suatu masyarakat.
Seorang individu belajar dengan jalan mengambil alih pola watak (characteristic pattern) dari hubungan peran (role)
dalam masyarakat tempat ia dilahirkan. Misalnya, seorang anak dalam
hubungannya dengan orang tuanya akan berperan sebagai pihak yang
menggantungkan diri (dependence), sedangkan orang tua sebagai pihak yang memberi bantuan (succoring).
Berdasarkan
konsep Schismogenesis, bila kita hendak meneliti pola watak suatu suku
bangsa, maka kita harus melihat interaksi bipolarnya. Interaksi bipolar
untuk hubungan orang tua – anak misalnya dapat bersifat sebagai ; penguasa (dominance) – yang dikuasai (submission) memberi bantuan (succorance) – menggantungkan diri (dependence) mempertontonkan diri (exhibitionism) – menjadi penonton (spectatorship).
8) Teori Watak Bangsa
a. Teori Watak Bangsa Dipandang Sebagai Watak Kebudayaan
Teori
ini berasumsi bahwa kesamaan sifat di dalam organisasi intra-psikis
individu anggota suatu masyarakat tertentu, yang diperoleh karena
mengalami cara pengasuhan yang sama di dalam kebudayaan masyarakat yang
bersangkutan. Ini berarti bahwa di dalam setiap kebudayaan, suatu
kepribadian tipikal (kepribadian kolektif) disalurkan kepada kaum
mudanya, sedikit banyak sesuai dengan konfigurasi yang dominan di dalam
kebudayaan bersangkutan.
b. Teori Watak Bangsa Dipandang Sebagai Watak Masyarakat
Teori
watak masyarakat yang mengikuti tentang transmisi kebudayaan, juga
menjelaskan fungsi-fungsi sosio-historikal tipe kepribadian tersebut.
Penjelasan ini menghubungkan kepribadian tipikal dari suatu kebudayaan
pada kebutuhan kolektif masyarakat. Unsur watak bersama tersebut
membentuk watak masyarakat dari masyarakat tersebut.
c. Teori Watak Bangsa Dipandang Sebagai Watak Kesukuan dan Kepribadian dari Kelompok-kelompok Masyarakat
Teori
watak suku (kepribadian dari kelompok masyarakat) yang berpendapat
bahwa terdapat perbedaan keprinadian tipikal kelompok masyarakat yang
berbeda seperti petani desa, para birokrat, komunitas perkotaan dan
pedesaan. Berdasarkan kajian para ahli, ditemukan suatu bentuk menonjol
yang tidak dapat dianalisis menjadi data individu sehingga dikategorikan
sebagai kerakteristik uatama dari kesatuan sosial.
d. Teori Watak Bangsa Dipandang Sebagai Kepribadian Rata-rata
Teori
Kepribadian Rata-rata dimaksudkan sebagai penyempitan teori watak
bangsa. Menurut para ahli bahwa watak bangsa seharusnya disamakan dengan
struktur kepribadian rata-rata. Kesesuaian dengan kehendak masyarakat
atau kecocokan dengan pola kebudayaan tidak usaha merupakan defenisi
dari watak bangsa.
C. Beberapa Teori Mengenai Kepribadian Individual
Dengan
pengetahuan kondisi umum psikologi masyarakat yang ingin dibangun
tersebut dapat mempermudah dalam penentuan prioritas pembangunan serta
penyesuaian proses pembangunan dengan karakteristik masyarakat.
Sebenarnya metode ini sudah lama digunakan ketika era kolonialisme.
Ketika itu yang digunakan adalah catatan-catatan etnografi yang menjadi
dasar pengetahuan karakteristik wilayah dan masyarakat yang akan
dijajah. Tidak dapat dipungkiri bahwa perkembangan ilmu antropologi
memang berasal dari kepentingan kolonialsme yang banyak membawa
kesengsaraan. Namun, secara ilmu pengetahuan perkembangan itu membawa
dampak positif dalam pembentukan tradisi keilmuan yang baru, yaitu yang
berorientasi pada masyarakat.
Watak suatu bangsa begitu kompleks karena tersusun dari berbagai watak
manusia yang mungkin bisa saja sama, tetapi terdapat suatu poin di mana
mereka memiliki identitas yang jelas tentang suatu hal yang bersifat umu
dalam masyarakat mereka. Misalnya, etnis Jawa yang terkenal dengan
kelemahlembutannya, ramah tamahnya, dan lain-lain, kemudian orang Batak
dengan watak keras dan tegas, dan sebagainya. Dalam bab ini disebutkan
bahwa:
Linton
yang juga berpendirian bahwa tiap kebudayaan mempunyai kepribadian
umum, menyatakan bahwa kepribadian umum adalah sejumlah ciri watak yang
kadang-kadang seluruhnya dan ada kalanya hanya sebagian berada dalam
jiwa dari sebagian besar warga dari suatu masyarakat. Hal itu disebabkan
karena selain ditentukan oleh bakatnya sendiri, kepribadian individu
juga ditentukan oleh latar-belakang kebudayaan dan sub-kebudayaan dari
lingkungan sosial di mana individu itu dibersarkan.
Berbagai
macam teknik digunakan dalam menganalisis kepribadian umum suatu
masyarakat. Bahkan beberapa ahli mengadopsi metode dari ilmu lain
terutama psikologi untuk mendapatkan apa yang ingin dicari penliti. Di
awal perkembangannya, teknik pengamatan menjadi metode yang khas dalam
mengamati watak masyarakat, contohnya Ruth Benedict yang meneliti etos
kebudayaan di suku Zuni (Indian), Dobu (Papua Nugini), dan Kwakuitl
(Kanada); Malinowsky yang meneliti masyarakat Trobriand; dan Margareth
Mead yang tertarik dengan perbedaan psikologi pria dan wanita di suku
Arapesh, Mundugumor dan Tchambuli. Kemudian mulai tradisi baru
antropologi yang berdasarkan teknik eksak dipelopori oleh Ralph Linton.
Lalu ada pula studi data pengalaman individu yang melihat kepribadian
suatu bangsa dari rekaman-rekaman sejarah yang kemudian dianalisis untuk
menentukan alur kepribadiannya. Yang sekarang banyak dikenal dengan
biografi.
Teknik-teknik
dalam antropologi-psikologi merupakan sutu teknik yang menggabungkan
antara analisis individual dan kolektif, karena suatu masyarakat tidak
mungkin lepas dari pengaruh individu-individu di dalamnya. Oleh karena
itu, kompleksitas dalam analisis diperlukan untuk menguak susunan
psikologis suatu masyarakat yang membentuk watak masyarakat.
Pengetahuan
ini berguna dalam menelaah latar belakang psikologis suatu masyarakat,
sehingga pemberdayaan masyarakat dalam pembangunan dapat terlaksana.
Pembangunan berbasis masyarakat menciptakan masyarakat berdaya dan
berbudaya. Keberdayaan memungkinkan suatu masyarakat bertahan dan
mengembangkan diri untuk mencapai kemajuan. Sebagian besar masyarakat
berdaya adalah indifidunya memiliki kesehatan fisik, mental, terdidik,
kuat dan berbudaya. Membudayakan masyarakat adalah meningkatkan harkat
dan martabat lapisan masyarakat yang dalam kondisi tidak mampu lepas
dari kemiskinan, kebodohan, ketidaksehatan, dan ketertinggalan. Untuk
mendorong masyarakat berdaya dengan cara menciptakan iklim atau suasana
yang memungkinkan potensi masyarakat berkembang. Pengembangan daya
tersebut dilakukan dengan mendorong, memotivasi, dan membangikitkan
kesadaran akan potensi yang dimiliki masyarakat. Penguatan tersebut
meliputi penyediaan berbagai masukan serta membuka akses pada berbagai
peluang yang ada. Masyarakat menjadi pelaku utama pembangunan, dengan
inti pemberdayaan adalah manejemen kearifan lokal komunitas menuju
kesejahteraan bersama. Pemberdayaan ini merupakan sarana ampuh untuk
keluar dari kemiskinan, kebodohan dan ketertinggalan menuju
kesejahteraan bersama.
Bab III
BEBERAPA METODE PENELITIAN ANTROPOLOGI PSIKOLOGI
A. Metode-metode Etnografis
(1) Metode wawancara
Wawancara
etnografi merupakan jenis peristiwa percakapan (speech event) yang
khusus. Metode wawancara merupakan metode untuk memperoleh data dengan
mengajukan beberapa pertanyaan kepada informan.
a. Jenis-jenis Wawancara
1.
Wawancara berencana, yaitu wawancara yang dilaksanakan melalui
teknik-teknik tertentu, antara lain menyusun sejumlah pertanyaan
sedemikian rupa dalam bentuk angket questioner.
2.
Wawancara tidak berencana, yaitu wawancara yang tidak direncanakan
secara sistematis dan tidak menggunakan pedoman wawancara. Wawancara ini
dilaksanakan untuk memperoleh tanggapan tentang pandangan hidup, system
keyakinan, atau keagamaan.
Metode wawancara tidak berencana masih terbagi lagi menjadi 2 macam yaitu :
a. Wawancara
terfokus (focused interview), yaitu terdiri dari pertanyaan-pertanyaan
yang tidak berstruktur, tetapi terpusat pada satu pokok.
b. Wawancara bebas (free interview), yaitu pertanyaan yang tidak terpusat, melainkan dapat berpindah-pindah pokok pertanyaan.
b. Wawancara bebas (free interview), yaitu pertanyaan yang tidak terpusat, melainkan dapat berpindah-pindah pokok pertanyaan.
Adapun jika dilihat dari bentuk pertanyaannya, kedua wawancara di atas dapat dibagi lagi menjadi 2 kategori yaitu :
1.
Wawancara tertutup, yaitu terdiri dari berbagai pertanyaan yang
jawabannya terbatas. Terkdang pilihan jawaban hanya berbentuk “ya” dan
“tidak”.
2. Wawancara terbuka, yaitu pertanyaan yang jawabannya berupa keterangan atau cerita yang luas.
(2) Metode Pengamatan
Metode
observasi disebut juga metode pengamatan lapangan. Metode ini dilakukan
melalui pengamatan inderawi., yaitu dengan melakukan pencatatan
terhadap gejala-gejala pada objek penelitian secara langsung dilapangan.
Pada metode ini pengumpulan data dilakukan dengan mencatat semua kejadian atau fenomena yang diamatai ke dalam catatan lapangan ( field notes ).
Pada metode ini pengumpulan data dilakukan dengan mencatat semua kejadian atau fenomena yang diamatai ke dalam catatan lapangan ( field notes ).
a. Jenis-jenis metode pengamatan
Ada tiga macam jenis pengamatan, yaitu :
1. Pengamatan biasa
Pengamatan yang dilakukan tanpa terlibat atau kontak langsung dengan informan yang menjadi sasaran penelitiannya.
2. Pengamatan terkendali
Konsepnya
hampir sama dengan pengamatan biasa. Akan tetapi perbedaanya pada
metode ini peneliti terlebih dahulu memilih secara khusus calon informan
sehingga mudah untuk diamati.
3. Pengamatan terlibat
Atau
bisa disebut pengamatan partisipasi, yaitu metode di mana selain
mengamati, peneliti juga ikut terlibat dalam kegiatan yang berlangsung
serta mengadakan hubungan emosional dan soial dengan para informannya.
Metode yang dalam bahasa Jerman disebut “verstehen” ini merupakan metode
paling umum digunakan dalam penelitian etnografi.
4. Pengamatan penuh
Yaitu
penelitian mengidentifikasikan dirinya sebagai bagian dari masyarakat
yang sedang diteliti. Peneliti sudah diterima dan masuk ke dalam
struktur masyarakat yang diamatinya. Dalam kondisi seperti ini, peneliti
dapat dengan mudah bergaul.
B. Metode Ilmu Sosial Lainnya
(1) Metode Pengimpulan Data Riwayat Hidup Individu
Tujuan
penelitian Antropologi Psikologi dengan mempergunakan metode
pengumpulan dan menganalisa riwayat hidup untuk memperdalam pengertian
dari si peneliti terhadap masyarakat di mana tokoh-tokoh itu hidup.
Metode analisa riwayat hidup individu sangat berguna bagi penelitian antropologi psikologi, antara lain:
a) Data
riwayat hidup individu penting bagi si peneliti, untuk memperoleh
pandangan dari dalam mengenai gejala-gejala sosial dalam suatu
masyarakat melalui pandangan dari para warga sebagai partisipan dari
masyarakat yang bersangkutan.
b) Data
riwayat hidup individu penting bagi si peneliti, untuk mencapai
pengertian mengenai masalah individu warga masyarakat yang suka
berkelakuan lain.
c) Data
riwayat hidup individu penting bagi si peneliti, untuk memperoleh
pengertian mendalam tentang hal-hal psikologis yang tak mudah diamati
dari luar, atau dengan metode wawancara berdasarkan pertanyaan langsung.
d) Data
riwayat hidup individu penting bagi si peneliti, untuk mendapat
gambaran yang lebih mengenai detail dari hal yang tidak mudah akan
diceritakan dengan metode wawancara berdasarkan pertanyaan langsung.
(2) Metode Penggunaan Test-test Proyeksi
a. Test Rorschsch
b. Test Apersepsi Tematik
c. Test Proyeksi untuk Penelitian Antropologi Psikologi
(3) Metode Mencatat Mimpi
(4) Metode Survei Lintas Budaya
(5) Metode Mempergunakan Folklor Sebagai Bahan Penelitian Antropologi Psikologi
Terima kasih infonya, artikel menarik lainnya silahkan klik di http://elearning.gunadarma.ac.id/docmodul/index-pengantar_antropologi.htm
BalasHapusT-Shirts with T-Shirt Variations - TITNAD
BalasHapusT-Shirt Variations, T-Shirts ford escape titanium for sale with T-Shirts titanium daith jewelry with T-Shirts with T-Shirts with T-Shirts with titanium build T-Shirts with T-Shirts with T-Shirts with T-Shirts with T-Shirts titanium belt buckle with T-Shirts with titanium density T-Shirts with
to092 wholesale nfl jerseys,wholesale nfl jerseys,wholesale nfl jerseys,wholesale nfl jerseys,wholesale nfl jerseys,wholesale nfl jerseys,wholesale nfl jerseys,wholesale nfl jerseys,wholesale nfl jerseys zm667
BalasHapus